Aku tidak asing dengan aroma ini, hasil pembakaran daun kering. Bahkan menyukainya. Dulu, aroma ini yang mengantarku ke sore. Kakek (Papin Abo, "Bapak") mengumpulkan daun kering yang gugur dari pohon-pohon mangga, jambu air dan cermai di pekarangan rumah, menyulutnya dengan sedikit minyak tanah menghasilkan asap putih beraroma khas. Setiap sore, seingatku tak ada sore yang terlewat tanpa aroma ini. Ini aroma sore. Sore itu mendengarkan petuah Bapak, komentar beliau akan bacaan Iqro-ku, janji lari pagi hari minggu, menanyakan pelajaran-pelajaran sekolahku, terkadang juga tanpa suara hanya pandangan yang tak lepas dari jingganya langit. Ketika dewasa datang, aku mulai jarang melewati sore dengannya. Pulang diam-diam, masuk rumah kalau sudah yakin beliau dalam rakaat salat magribnya, kalau tidak "baru pulang jam segini, gak ingat rumah? Kemana aja? Anak gadis pulang jam segini, sana salat magrib! " yang akan kudapat. Bapak, bagaimana keadaanmu di sana?, semoga Allah memberikan tempat yang nyaman bagimu selama "masa tunggu", maafkan aku yang lalai mengirimkan Al-fatihah untukmu.
Bapak.. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan pergi dari sisimu setiap sore menjelang. Aku ingin memiliki kembali sore itu, dengan "asap putih" menjadi aromatherapy. Aroma kenangan bersamamu. Selamat sore^^